JAKARTA - Aliansi Mahasiswa dan Pemuda (AMP) Indonesia Menolak Lupa menggelar aksi tabur bunga dan doa bersama di depan Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat. Aksi tersebut untuk memperingati hari HAM internasional yang jatuh pada 10 Desember.
Massa juga mendesak Komnas HAM menuntaskan kasus HAM masa lalu, seperti memanggil Prabowo Subianto yang dianggap bertanggung jawab terhadap kasus penghilangan paksa aktivis tahun 1997-1998 semasa ia menjabat sebagai Danjen Kopassus.
"Jangan lupakan sejarah masa lalu, bongkar kasus yang belum terkuak di 98. Komnas HAM kapan panggil dan periksa Prabowo Subianto," ujar Koordinator AMP Indonesia Menolak Lupa, Fadly saat berorasi, Rabu (12/12/2018).
(Baca Juga: JK: Pemerintah Tak Selalu Melanggar HAM, tapi juga Jadi Korban)
Fadly menjelaskan, pemanggilan Prabowo dinilai sangat penting guna mencari benang merah atas peristiwa 98 yang masih menyimpan segudang rahasia. "Benang merah masih kusut, pemanggilan Prabowo dalam kerusuhan Mei sangat penting sekali. Komnas HAM sudah sejauh mana melakukan penyelidikan," jelasnya.
Massa aksi juga mempertanyakan alasan dokumen kasus pelanggaran HAM khususnya pelanggaran HAM berat tahun 1997-1998 yang diajukan Komnas HAM selalu ditolak oleh Kejaksaan Agung. Apalagi, alasan penolakan yang diterimanya lantaran berkas Komnas HAM masih banyak persoalan, salah satunya adalah kejelasan dokumen pemanggilan Prabowo Subianto.
(Baca Juga: Deretan Rekomendasi Imparsial untuk Tuntaskan Masalah HAM)
Maka itu, Fadly mendesak agar upaya penuntasan kasus pelanggaran HAM berat tersebut segera dituntaskan agar tidak berlarut-larut. Dia juga tidak ingin nama Prabowo menjadi tersandera dengan penuntasan kasus yang belum jelas.
"Komnas HAM jangan gantung Prabowo. Bekerja keras lah selesaikan masalah ini dengan cepat. Label pelanggar HAM pastinya sangat risih, makanya segera panggil Prabowo," tutupnya.
(Ari)