TANGERANG SELATAN – Kabar seorang bocah berinisial MG (3) "disunat jin" membuat heboh masyarakat. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara menjelaskan bahwa kejadian itu dalam dunia medis sebenarnya diawali dengan kelainan phimosis.
Phimosis merupakan kondisi pada bayi dan anak-anak yang disebabkan kulit kepala atau kulup penis belum terlepas secara sempurna dari kepala penis. Kulup akan terlepas dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak.
Namun, dilarang keras upaya untuk melepaskan kulup tersebut. Sebab, akan memicu risiko gangguan yang dalam dunia medis disebut parafimosis, yakni kondisi kelainan bentuk penis yang terjadi karena preputium yang tertarik ke belakang dan melipat serta menjerat batang penis.
Jika terjadi demikian, kulup penis tidak bisa lagi ditarik ke depan yang menyebabkan kepala penis terlihat seperti telah dikhitan. Pemicu parafimosis antara lain faktor setelah ereksi, menarik penis terlalu kuat pada saat mau kencing, atau karena penis sering dibuat main (pelintir) oleh anak.
Ketua IDI Tangsel, Imbar Umar Ghazali, mengatakan, istilah "disunat jin" tidak dikenal dalam dunia kesehatan. Menurut dia, hal yang sebenarnya terjadi adalah parafimosis. Penyebabnya adalah infeksi atau gatal-gatal pada ujung penis yang memiliki kelainan phimosis.
"Kalau phimosis itu biasanya terjadi pada anak kecil. Dia didiagnosis phimosis kalau kulit penisnya itu tidak bisa ditarik-tarik ke atas, sehingga kelihatan kepala penisnya. Jadi istilah yang disebut masyarakat itu kuncup," katanya kepada Okezone, Selasa (30/6/2020).
Mereka yang tak memiliki kelainan phimosis, sambung Imbar, kulit pada ujung penisnya bisa dibuka. Namun hal sebaliknya terjadi pada orang-orang yang mengidap phimosis. Kulit pada ujung penisnya rapat, menyempit, dan kuncup sehingga berdampak pada rasa nyeri saat pengidapnya buang air kecil.
"Gejalanya itu kalau kencing sakit, teriak, nangis, dan bisa badannya sampai panas," katanya.
Bagi pengidap phimosis, sangat mungkin sisa air seni yang dikeluarkan tak sepenuhnya terbuang Melainkan terdapat sisa-sisa air seni akibat kulit pada ujung penisnya merapat dan kuncup. Kondisi demikian jika dibiarkan berlangsung beberapa hari dapat menimbulkan rasa gatal pada ujung penis.
"Kalau sisa-sisa air seni itu dibiarkan satu-dua hari maka akan menimbulkan gatal. Kalau dia gatal, biasanya reaksi anak kecil dipelintir-pelintir kulit pada ujung penisnya. Nah kalau dipelintir itu keseringan, dia bisa iseng tarik ke atas kulit ujung penisnya itu. Karena dia phimosis kulitnya ketarik, dia sudah tidak bisa lagi diturunkan karena dia lengket, ditarik turun sudah tidak mau. Biasanya hal itu yang didefinisikan sudah sunat," ucapnya.