TANGERANG SELATAN - Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masih melakukan investigasi asal sumber limbah kimia yang mencemari Sungai Jaletreng.
Warga sekitar menyebut, limbah berwarna hitam pekat itu mengalir dari beberapa gorong-gorong besar yang berada persis di sisi bagian atas sungai. Manakala hujan turun, limbah dengan bau menyengat kian deras menerjang arus sungai Jaletreng.
Kecurigaan warga atas asal sumber limbah itu kini mulai terbukti setelah Dinas LH turun melakukan penyelidikan di lokasi. Diduga kuat, industri yang berada di area Pergudangan Taman Tekno lah pembuang limbah tersebut.
"Hasil penelitian ke lapangan kemarin, di Taman Tekno itu kan ada sekitar 1.000 perusahaan, baik yang non polutan maupun yang polutan. Saluran limbah kemarin itu diindikasikan dari kawasan Blok G1 di kawasan Tekno," ungkap Kepala Seksi Kualitas Pemantauan Lingkungan DLH Tangsel, Tedi Krisna, kepada Okezone, Rabu (29/7/2020).
Dijelaskan Tedi, dari total 1.000 perusahaan yang berada di Pergudangan Taman Tekno, sebanyak 20 persen di antaranya merupakan perusahaan produksi. Diyakini, dari sanalah limbah-limbah kimia itu mengalir dan mencemari sungai Jaletreng.
"Untuk mengetahui titik di mana asal saluran itu kan harus door to door secara langsung dengan pihak terkait selaku pengelola kawasan. Pengelola kawasan itu BSD, jadi kita harus kerjasama dengan mereka untuk pengawasannya, karena yang tanggung jawab mereka," imbuhnya.
Sebenarnya, kata Tedi, pihak DLH rutin satu tahun 2 kali mengambil sampel dari air sungai Jaletreng. Upaya itu dilakukan untuk mengawasi tingkat pencemaran sungai. Namun dia belum mengetahui pasti, apakah zat yang terkandung dalam limbah kimia tersebut.
"Limbah itu kita belum mengetahui mengandung apa, karena sifatnya kan di buang ke air ya, jadi belum tahu limbahnya limbah apa, kita belum menemukan dari perusahaan apa. kalau limbah, sudah rutin kita ambil sampel, setahun dua kali," jelasnya.
Dia menyebutkan, jika tingkat pencemaran limbah di sungai Jaletreng masih kategori sedang. Walaupun penilaian itu diambil pada waktu tertentu saja, dan bukan pada saat aliran limbah kimia turun mencemari sungai. Tak menutup kemungkinan, beberapa perusahaan produksi membuang limbahnya diam-diam saat hujan turun.
"Kalau limbah yang dari gorong-gorong sudah diambil sampelnya, ketika limbahnya masuk ke sungai kan sudah terkombinasi," terangnya.
Masih kata dia, saat ini pihaknya masih melakukan.koordinasi dengan BSD selaku pengelola kawasan Pergudangan Tekno. Menurut Tedi, terkadang ada perusahaan nakal yang memilih membuang limbahnya langsung ke.aliran sungai ketimbang menampungnya di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).