TANGERANG - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi para siswa tak sepenuhnya berlangsung efektif. Khususnya soal pengawasan terhadap tugas ujian yang diberikan pihak sekolah. Sebab, keleluasaan mengerjakan ujian di ruang kelas akan sangat berbeda dengan mengerjakannya di rumah secara daring.
Jika tak diantisipasi, maka sekolah daring bisa menurunkan kualitas pembelajaran para siswa. Tak ada yang menjamin, jika tugas ujian murni dikerjakan tanpa mencontek, tanpa bantuan orangtua, keluarga, ataupun sumber referensi lainnya.
"Kami tidak ingin dalam PJJ yang pinter malah ibunya, orangtuanya, bukan siswanya. Karena kalau menjalani ujian di ruang kelas saat waktu normal, dengan melakukan ujian di masa daring ini sangat berbeda. Pengawasan akan sangat berkurang. Kalau di kelas kan bisa diawasi guru," kata Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany usai menghadiri peringatan Dies Natalis Universitas Terbuka ke-36 di Pondok Cabe, Pamulang, Jumat (4/9/2020).
Dikatakan Airin, saat ini sekolah di Tangsel hanya mengandalkan Video Conference (Vicon) saat pembelajaran daring. Pilihan itu dilakukan guna mengantisipasi adanya penyebaran pandemi Covid-19. Kondisi demikian, kata dia, bakal terus berlangsung sampai ada lampu hijau dari Satgas Covid.
"PSBB tahap 10 ini, semua boleh melakukan aktivitas apapun dengan mematuhi protokol Covid, kecuali di antaranya anak-anak masih tetap belajar di rumah," jelasnya.
Menurut Airin, PJJ bagi siswa sekolah sebenarnya tidak seluruhnya menutupi kebutuhan pendidikan. Melainkan ada aspek lain dalam dunia pendidikan yang hilang, misalnya kedisiplinan masuk sekolah tepat waktu, soal seragam, dan kebiasaan mengaji 15 menit sebelum masuk waktu belajar
"Contoh, dulu waktu normal anak-anak misalnya masuk jam 7, tidak boleh telat. Nah sekarang saat PJJ bagaimana? kan bisa juga nanti kalau dia telat masuk Vicon maka diberi sanksi disiplin. Lalu soal seragam, pada waktu normal semua sudah ada ketentuan, sekarang menyiasatinya bagaimana? Kemudian dulu 15 menit sebelum masuk, ada tadarusan mengaji, maka sekarang hal-hal itu harus dibuat sama, suasananya harus sama," ungkapnya.
Menghadapi tantangan PJJ itu, Airin mengaku tengah banyak berdiskusi dengan pihak Universitas Terbuka (UT). Dia sengaja menggandeng kampus tersebut lantaran telah berpengalaman puluhan tahun menyiapkan platform dan mempraktekkan PJJ bagi mahasiswa diberbagai daerah.
"Tadi diskusi banyak dengan Pak Rektor (UT), karena memang UT ini adalah penyelenggara PJJ terbaik saat ini. Jadi untuk pendidikan karakternya bagaimana, persiapannya, platformnya, UT terlatih dan punya pengalaman soal itu," tukas Airin.