TANGSEL - Sambil terengah-engah, sosok kakek tua bertubuh ringkih ini menawarkan deretan bunga anggrek yang diletakkan dalam wadah kotak di jok belakang sepedanya. Tak banyak pengguna jalan yang menoleh, lantaran tutur kata ucapannya parau dan sulit terdengar jelas.
Kakek berusia 64 tahun itu diketahui bernama Liung. Dia terlihat sedang beristirahat sambil menepikan sepeda tuanya di sisi Jalan Raya Puspiptek, Bakti Jaya, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Jika ada pejalan kaki atau masyarakat yang melintas dekat, spontan Kakek Liung menjajakan bunga anggrek yang dibawanya.
Tak semua berminat melihat bunga anggrek yang dijualnya. Sebab selain telah bercampur debu jalan, panas terik sinar matahari membuat bunga-bunga anggrek yang dibawa Kakek Liung sedikit layu dan tak terlihat segar sebagaimana biasa dijual di toko-toko bunga pada umumnya.
Dalam wadah kotak itu, terdapat sekira 20 ikat tangkai bunga anggrek. Tiap ikatan dijualnya seharga Rp10 ribu. Rejeki pun datang tak menentu, kadang dalam satu hari dia bisa menjual hingga 10 ikat tangkai bunga anggrek. Sebaliknya, sering pula Kakek Liung pulang tanpa membawa hasil jualan.
"Kadang tergantung rejekinya juga, ada yang laku sehari 5 iket, pernah sampai habis semua. Sering juga nggak ada yang beli, jadi bunganya dibawa pulang lagi," tuturnya kepada Okezone.
Kakek Liung tinggal di Kampung Babakan RT05 RW04, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu. Dia terpaksa harus terus berjualan demi mengais rejeki mencukupi kebutuhan sehari-hari istri, anak, hingga 2 cucunya di rumah. Sadar menjadi tulang punggung, banjir peluh di tubuhnya pun tak lagi dihiraukan.
"Anak saya nggak kerja, cuma saya aja yang cari rejeki. Kalau pagi pergi jam 7 udah ngider (keliling), nanti pulangnya sebelom maghrib. Kalau capek berenti dulu, sambil istirahat sebentar abis itu ngider lagi," ucapnya.