JAKARTA - Mal legendaris yang ngetop di tahun 1990-2000an kini tampak sangat sepi. Terpantau hanya sekitar 5 toko saja yang masih buka di pusat perbelanjaan Mal Blok M pada Selasa (20/9/2022).
Mal Blok M yang letaknya bersebelahan dengan Blok M Squere dan Terminal Blok M ini terlihat sangat sepi dari pengunjung. Hanya ada segelintir orang yang datang ke mal tersebut.
 BACA JUGA:5 Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Bagi Bangsa Indonesia Menurut Presiden Jokowi
Pengunjung yang datang umumnya hendak ke Terminal Blok M dari kawasan Mal Blok M. Ruko-ruko yang berjejeran di lorong Mal juga tampak tutup, hanya sekitar 5 toko saja yang buka, yakni toko sepatu, pakaian, dan aksesoris. Sedangkan ruko-ruko di blok seberang dari blok pedagang yang masih buka sudah disekat lantaran sudah tak ada penyewanya lagi.
Salah seorang pedagang baju, Faris Kahma (28) mengatakan, dia sudah berjualan sejak tahun 2012 silam di Mal Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hingga saat ini. Saat itu, dia diberikan lapak oleh ayahnya untuk berjualan, sedangkan ayahnya sudah berjualan di Mal Blok M sejak tahun 1990-an, yang mana kala itu sedang ngetop-ngetopnya Mal Blok M.
 BACA JUGA:5 Negara yang Letaknya di dalam Negara dan Diakui Dunia, Ini Daftarnya
"Saya 10 tahun di sini, ramainya kan dari tahun 90-2000-an lebih, waktu itu padat, pengunjung sampai berdesakan, khususnya Sabtu-Minggu karena ibarat kata, kalau lu belum ke Blok M Mal lu bukan anak Jakarta. Nah mulai sepi di tahun 2014 tuh, sampai akhirnya pandemi semakin sepi sampai sekarang," ujar pria asal Gandul, Cinere, Depok itu di lokasi, Selasa (20/9/2022).
Menurutnya, Mal Blok M mulai sepi sejak Robinson dan Ramayana keluar dari pusat perbelanjaan tersebut mengingat kedua toserba itu menjadi salah satu ikon Mal Blok M. Pasca itu, pengunjung mulai sepi sedangkan harga sewanya cukup mahal sehingga para pedagang memilih hengkang dari mal tersebut.
Â
 Kios di Blok M yang masih tersisa di antara banyaknya kios yang tutup
"Sewanya kan tinggi jadi pada pilih keluar, dahulu kan sewa bisa sampai Rp20-30 juta per bulan, kalau sekarang saya sendiri Rp70 juta per tahun, pastinya pihak toko juga minta diskon kan," tuturnya.
Dia menerangkan, guna mensiasati sepi pengunjung Mal Blok M, dia juga membuka toko online, hanya saja saat ini toko online tersebut tengah ditutup sementara. Sebabnya, ada saja orang yang berbuat buruk pada tokonya manakala toko onlinenya itu tengah ramai-ramainya.
"Kita jualan online, tapi kita setop dahulu karena online itu persaingannya jelek. Bukannya kita jelekin toko lain yah, kita di online lagi ramai ada musuh kita, jadi dia order barang kita dikasih bintang satu, jadi ancur reputasinya," jelasnya.
 Kurangnya perhatian pengelola
Adapun, pihak pengelola saat ini, paparnya, dinilai kurang memperhatikan kondisi pengunjung yang sepi itu. Pengelola tak pernah berdiskusi dengan pedagang guna membahas solusi agar suasana Mal Blok M kembali menggeliat seperti di tahun-tahun 2000-an silam.
"Sekarang pengelolanga sudah beda, pengelola sekarang itu lu nyewa yah lu harus bayar, sudah cuek saja. Sebenarnya, kalau pedagang mau ramai sih satu-satunya dimurahin (harga sewanya) karena kan pada keluar (pedagang meski sepi) karena sewanya," terangnya.
Follow Berita Okezone di Google News