JAKARTA - Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Islam (AMI), menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Kedutaan Besar China di Jalan Mega Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (3/2/2023).
Aksi ini juga untuk memperingati tragedi berdarah Ghulja 5 Febuari 1997 yang menewaskan ratusan muslim Uighur.
(Baca juga: 30 Tokoh Islam dari 14 Negara Kunjungi Xinjiang China, Ada Apakah?)
Mahasiswa meminta masyarakat dunia khususnya Indonesia, tidak akan pernah melupakan pembantaian ratusan muslim Uighur oleh pemerintah China, yang dikontrol oleh Partai Komunis.
Massa juga membentangkan spanduk dan poster berisi tuntutannya, para mahasiswa menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan kekejaman aparat terhadap ratusan muslim Uighir dalam peristiwa kelam Ghulja.
Koordinator pengunjuk rasa, Andi Setya Negara, mengatakan, peristiwa Ghulja, berawal dari aksi demonstrasi damai ribuan muslim Uighur pada tanggal 3 hingga 5 Febuari 1997, untuk menyuarakan kebebasan beragama sebagai salah satu Hak Asasi Manusia, yang seyogianya tidak boleh dilarang oleh pemerintah negara manapun.
“Bukannya mendengarkan atau setidaknya berdialog dengan massa pengunjuk rasa, Beijing malah mengerahkan tentaranya untuk menjawab aksi damai ribuan muslim Uighur tersebut, lalu menghujani massa dengan timah panas dari senapan mesin,” kata Andi Setya Negara kepada wartawan, Jumaat (3/2/2023).
Dia menyebut tindakan tersebut sangat sadis dan di luar batas perikemanusiaan, dan mengakibatkan banyak korban jiwa.
Sementara sebanyak 4.000 muslim Uighur yang berunjuk rasa ditangkap dan dari jumlah itu, diketahui ada 2.00 orang yang menghadapi hukuman mati, seperti dimuat dalam laporan World Uygur Conggres (WUC), Februari 2017.
“Lebih jauh, wartawan Channel 4 News Inggris, yang mewawancarai salah satu warga Uighur di Ghulja terkait kekerasan dan kegilaan represif aparat China tahun 1997 tersebut, menemukan banyak bukti temuan atas pelanggaran berat HAM dalam tragedi ini,” ungkap Andi.
Mahasiswa juga meminta Mahkmah Internasional untuk menyeret seluruh aktor intelektual yang di kontrol oleh Partai Komunis China, dalam pembantaian muslim Uighur di Ghulja ke Pengadilan HAM.
Follow Berita Okezone di Google News